Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: ‘Ya Allah, jika betul (Al Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.’ Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS. Al-Anfal: 32-33)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abazi, bahwa pada waktu Rasulullah masih tinggal di Makkah, kaum musyrik Quraisy ada berkata, ‘Ya Allah jika betul Al-Qur`an ini dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.’ Mereka menantang Allah seakan mereka berkata, ‘Ya Allah, jika benar apa yang diancamkan Muhammad, coba turunkan kepada kami azab yang selalu Muhammad ancamkan kepada kami.’
Maka turunlah ayat di atas yang menegaskan jaminan Allah, bahwa Allah tidak akan menimpakan azab kepada orang-orang kafir itu selama Nabi Muhammad saaw masih ada, atau selama masih ada ummat Islam yang memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah. Maka ketika Nabi Muhammad saaw dan para shahabat berhijrah ke Yatsrib (Madinah), Allah menurunkan QS. Al-Anfaal: 34 yang berarti, ‘Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai (nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.’ Setelah itu Allah Mengizinkan ummat Islam untuk menguasai kota Makkah sebagai siksaan bagi kaum kafir Makkah.
Ayat ini tetap berlaku hingga akhir zaman, yaitu tidaklah Allah menurunkan azab selama Nabi Muhammad saaw masih berada bersama kita atau selama kita masih memohon ampun kepada Allah. Bagaimana mungkin Nabi Muhammad tetap bersama kita sedangkan beliau telah wafat? Yaitu dengan menghidupkan syariat dan sunnah (kebiasaan) yang beliau bawa. Sesungguhnya barangsiapa menghidupkan salah satu Sunnah Rasul dikala orang-orang hendak memadamkannya, maka kelak dia akan dibangkitkan sebagai syuhada.
Tetapi lihat saat ini, dimana orang-orang beramai-ramai berjuang untuk memadamkan syariat Nabi Muhammad dan menghina Al-Qur`an yang diturunkan kepada Rasulullah saaw. Mereka dengan begitu beraninya menantang Sang Maharaja Yang telah memberi mereka tempat tinggal dan sandang pangan yang cukup.
Allah memang Mahapengasih, tetapi bukan berarti kita boleh berbuat semena-mena. Tidakkah mereka tahu bahwa Allah adalah Yang Menahan langit agar tidak runtuh menimpa mereka? Padahal langit sudah begitu geram melihat tingkah laku mereka yang menantang Allah. Tetapi Allah Yang Mahapengasih tetap bersabar dan tetap menganggap mereka sebagai hamba-Nya. Dan Dia akan tetap memafkan kesalahan hamba-Nya walau sepenuh jagad raya sekalipun, seandainya hamba-Nya itu mau bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Mahapengasih mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Mahapengasih mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Mahapengasih selaku seorang hamba. [QS. Maryam: 89-93]
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. [QS. Hud: 114]
Dari Abu Hurairah ra katanya: Beliau mendengar Rasulullah saaw bersabda: ‘Apa pendapat kamu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang dari kamu dan dia mandi di dalamnya setiap hari sebanyak lima kali. Apakah masih lagi terdapat kotoran pada badannya?’ Para Sahabat menjawab: ‘Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya.’ Lalu baginda bersabda: ‘Begitulah perumpamaannya dengan sembahyang lima waktu. Allah menghapuskan segala kesalahan mereka.’ [HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ahmad]