Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11)
Para shahabat yang tidak hadir dalam majelis Nabi, mereka selalau bertanya kepada yang hadir. Menanyakan hagaimana kabar idola mereka itu. Apa yang disampaikan sang idola.
Allah memulyakan Nabi dengan firmanNya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mu`min dari diri mereka sendiri, dan istri-istri Nabi adalah ibu-ibu mereka.” Nabi bersabda: “Aku adalah pimpinan semua manusia di hari kiamat.”
Maka beruntunglah orang-orang yang setiap harinya merindukan sang idola. Orang yang memiliki kekuasaan terbesar di dunia dan di akhirat. Partai yang tidak akan runtuh adalah partai yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saaw. Partai yang tegak di dunia dan di akhirat. Para pemimpin partai akan tunduk di bawah pimpinan Nabi Muhammad saaw.
Pemimpin yang satu ini adalah pemimpin yang selalu memperhatikan rakyatnya. Ikut berjihad bersama rakyatnya. Ikut merasakan penderitaan rakyatnya. Padahal jika dia mau, maka gunung akan diubah menjadi emas.
Dialah yang pernah berjuang bersama para shahabat. Ketika dia menahan serangan dengan tamengnya, tamengnya itu menimpa wajahnya. Hingga paku menembus pipinya yang mulya. Para shahabat tidak berani untuk mencabut paku itu dengan tangan-tangan mereka, takut melukai wajah Nabi. Maka Malik bin Sinan meminta izin untuk mencabut paku itu dengan giginya. Mungkin dengan mencabut menggunakan giginya dia akan lebih berhati-hati dan perlahan-lahan. Maka setelah paku itu tercabut, maka dihisaplah darah yang masih mengalir di pipi Nabi agar terhenti pendarahan itu. Maka Nabi bersabda, “Jika kalian ingin menyaksikan orang yang darahku bercampur dengan darahnya, maka saksikanlah Malik bin Sinan.†Begitulah para shahabat yang begitu mengidolakan sang rasul.
Berhati-hatilah dalam menuduh orang lain sebagai kafir atau musyrik. Singkirkanlah tuduhan itu dari lisanmu. Walaupun kamu melihat orang-orang melakukan hal-hal yang sepertinya syirik, janganlah kamu katakan bahwa dia itu musyrik. Kecuali jika ia telah mengikrarkan kesyirikannya.
Di zaman ini ada sekelompok orang yang menuduh orang-orang yang memulyakan Nabi sebagai orang-orang yang mengkultuskan Nabi. Ketika orang-orang melantunkan Thala’al badru ‘alayna sambil berdiri, mereka berkata, “Mengapa harus berdiri sedangkan Nabinya tidak ada? Kalau dulu, ketika shahabat melantunkannya, Nabi memang ada. Tetapi sekarang mengapa harus berdiri sedangkan Rasul tidak ada?” Maka kenapa mereka bersalam kepada nabi dalam shalat-shalat mereka sedangkan nabi tidak ada?
Dulu salah seorang shahabat telah berhadapan dengan orang kafir. Dan orang kafir itu terdesak. Maka orang kafir itu mengucapkan “Laa ilaaha illallaah”. Tetapi shahabat itu tetap membunuhnya. Maka samapailah hal ini kepada Nabi. Maka nabi pun bersabda, “Apakah kamu membunuh orang yang mengatakan ‘tiada yang pantas disembah kecuali Allah’?” Shahabat itu berkata, “Wahai Rasulullah! Dia berkata seperti itu hanya untuk menyelamatkan dirinya.” Maka Nabi bersabda, “Apa yang akan kamu lakukan di hadapan kaliamt “Laa ilaaha illallaah” di hari kiamat kelak jika ia menuntutmu?†Maka shahabat itu berkata, “Mintakanlah ampun kepada Allah bagiku, wahai Rasulallah!” Maka Nabi bersabda lagi, “Apa yang akan kamu lakukan di hadapan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ di hari kiamat kelak jika ia menuntutmu?” Maka shahabat itu berkata lagi, “Mintakanlah ampun kepada Allah bagiku, wahai Rasulallah!”
Orang tadi hanya baru mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallaah”. Belum mendirikan shalat, belum menunaikan zakat, tetapi Nabi melarang shahabatnya untuk menuduh orang itu sebagai kafir atau pun musyrik. Bagaimana lagi jika kita menuduh orang yang sudah mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” dan telah shalat bersama kita? Berpuasa bersama kita? Berzakat bersama kita? Apakah kita akan menuduh orang ini sebagai orang yang musyrik? Orang yang kafir? Orang yang ahlul bid’ah?
Berhati-hatilah terhadap tuduhan-tuduhan ini. Sebab perkataan yang demikian adalah perkataan yang sangat berat. Selama mereka belum mengikrarkan kekafiran mereka. Sebelum mereka mengikrarkan kemusyrikan mereka. Biarkanlah mereka dengan Allah. Jika mereka musyrik, maka musyriklah dia di hadapan Allah. Dan urusannya kembali kepada Allah. Janganlah kamu biarkan dirimu ikut tercebur dalam kehinaan dengan menuduhnya sebagai musyrik. Bertaubatlah dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahapenerima tubat lagi Mahapenyayang.