Ilmu dan Dzikrulloh

أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat pula segala isinya, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan orang yang alim atau orang yang belajar. (HR. At-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi, Abu Isa At-Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan ghorib)

‘Apa-apa yang mengantarkan kepada dzikir’ mungkin maksudnya adalah segala hal yang menolong seseorang untuk berdzikir, termasuk makan minum dan keperluan sehari-hari yang diniatkan untuk menguatkan tubuh dalam berdzikir.

Adapun ilmu, pertama, bisa termasuk apa-apa yang mengantarkan seseorang kepada dzikir, sebab tidak mungkin seseorang berdzikir ataupun mengenal Allah kalau bukan dengan ilmu. Kedua, ilmu itu sendiri merupakan satu ibadat yang terutama sekali.

Adapun orang berilmu dan penuntut ilmu yang disebutkan dalam hadits tersebut ialah semata-mata untuk menyatakan akan kepentingan ilmu itu sendiri.

Diriwayatkan dalam hadits lain bahwa menuntut ilmu semata-mata karena Allah adalah merupakan ibadah. Mengingat atau menjaga ilmu merupakan tasbih. Membahas untuk mendapatkan haqiqat suatu ilmu merupakan jihad. Membaca untuk meluaskan ilmu adalah sedekah, dan menyebarkan ilmu kepada orang-orang yang ahli adalah taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah).

Ilmu adalah pembeda diantara yang halal dengan yang haram. Ilmu itu adalah tanda jalan menuju Surga. Ilmu itu adalah penghibur hati ketika merasa gelisah. Ilmu adalah sahabat dalam perjalanan. Ilmu adalah juru bicara ketika bersunyi-sunyian. Ilmu adalah penolong ketika susah dan senang. Ilmu adalah senjata untuk memerangi musuh.

Karena ilmu itulah Allah mewujudkan suatu jama’ah yang mulya yang berkedudukan tinggi yang mengajar kepada kebajikan. Mereka adalah ikutan yang jika diikuti jejak langkahnya, diamalkan nasihat-nasihatnya dan diutamakan pendapat-pendapatnya niscaya para malaikat teriring bersahabat dengannya dan para malaikat membukakan sayap-sayapnya karena hendak mengambil berkat ataupun hendak menunjukkan kasih-sayang terhadap jama’ah tersebut. Setiap makhluq di dunia ini yang tinggal di darat maupun laut memohonkan keampunan bagi mereka yang menuntut ilmu. Sehingga ikan-ikan di laut, binatang-binatang buas di hutan, binatang-binatang berbisa, dan semut-semut di dalam lubang juga memohonkan keampunan bagi mereka.

Ini semuanya ialah karena ilmu itu merupakan sinaran hati dan cahaya mata. Dengan ilmu itu maka seorang hamba dapat bersahabat dengan orang yang sebaik-baik manusia di kalangan ummat, dengan ilmu itu seseorang mendapat kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat. Mentelaah ilmu itu adalah seperti puasa dan memelihara ilmu itu adalah seperti tahajjud.

Dengan adanya ilmu, dapat dieratkan lagi tali persaudaraan dan persatuan ummat, dan dengannya juga dapat mengenal mana yang halal dan mana yang haram. Ilmu adalah imam dari amalan, dan amalan itu adalah ma`mumnya. Lmu itu hanya diilhamkan kepada orang-orang ynag berbahagia saja, sedangkan orang-orang yang celaka adalah terjauh daripada ilmu.

Majelis-majelis ilmu dan dzikir adalah seperti majelis para malaikat. Sebaliknya majelis kelalaian (majelis yang pesertanya lalai dari Allah) adalah seperti majelis syaithan. Kini terserah kepada manusia, mau mengikuti majelis yang mana. Umumnya manusia menyukai sesuatu yang sesuai dengan sikap dan perangainya.

Sumber: Syaikh Muhammad Zakariya, dalam kitab Fadhail Amal.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *